Pada
kesempatan sebelumnya kita telah membahas tentang teologi pembebasan dalam
perjanjian lama dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang teologi
pembebasan perjanjian baru. Tulisan ini akan menjelaskan tentang beberapa
peristiwa sebagai bentuk dari pembebasan yakni peristiwa Penyaliban dan
kebangkitan Yesus, pengusiran setan yang
dilakukan Yesus di danau Geraza dan peristiwa penyembuhan yang dilakukan
Petrus kepada Orang yang lumpuh. Berikut
ini adalah penjelasannya:
1.
Kristus Sebagai Pembebas
Jika
membaca perjanjian baru, maka fokus dari pemberitaannnya adalah tentang Yesus
Kristus. Yesus menjadi puncak Mahakarya Allah dalam sejarah manusia untuk
membebaskan manusia dari belenggu dosa dan penindasan. Kedatangan Yesus
merupakan anugerah bagi manusia dan dunia, karena melalui-Nya terjadi pemulihan
baik dalam relasi antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya dan
manusia dengan alam. Inti dari kematian
dan kesengsaraan Yesus tidak lain adalah sebagai penyelamat dan pembebas. Sebagai
penyelamat artinya Yesus bertindah secara Vertikal untuk mendamaikan manusia
dan Allah. Setelah manusia jatuh dalam dosa di taman eden maka ada jarak antara
manusia dan Allah. Kisah di taman Eden tidak
berhenti begitu saja, manusia selanjutnya terus melakukan perlawanan
terhadap perintah Allah sepanjang generasi yang ada. Keterputusan itu secara
bertahap mulai diperbaiki Allah lewat nabi-nabi utusan-Nya. Tetapi, manusia
belum benar-benar terbebas dan menyatu dalam Allah karena dosa mereka tidak
benar-benar terhapus. Dalam tradisi Israel kuno, untuk menebus dosa maka seseorang harus melakukan ritual-ritual
tertentu tetapi itual itu tidak dapat mengahapus dosa secara permanen. Ketika
orang itu melakukan dosa lagi, maka ia wajib untuk mempersembahkan korban dan
melakukan ritual lagi untuk mengahapus dosa yang dilakukan. Realita ini tentu
membuat manusia tergantung pada persembahan korban sebagai syarat penghapusan
dosa dan hidup dibayang-bayangi oleh dosa. Yesus melalui kematian-Nya, mempersembahkan
diri sebagai korban penyucian dosa yang permanen dan selama-lamanya bagi
Semesta. Manusia tidak lagi hidup dalam bayang-bayang maut dan dosa melainkan
manusia telah terbebas dari kuasa dosa dan ritual-ritual penghapusan dosa.
Inilah makna Yesus sebagai penyelamat. Sedangkan pembebas selain mempunyai makna
secara vertikal juga bermakna horizontal yakni Ia datang untuk merobohkan
tembok-tembok agama, hukum, politik, kekuasaan yang menindas dan
mendiskriminasi kaum lemah. Yesus semasa hidup-Nya melakukan banyak kritik
untuk tokoh-tokoh agama, pemerintah dan masyarakat yang berlaku tidak benar.
Yesus sebagai pembebas juga tergambar melalui karya-karya-Nya yang menyembuhkan
dan memulihkan orang sakit, melepaskan
stigma buruk yang melekat dalam diri orang lemah hingga membangkitkan yang
mati. Dengan karya tersebut ia membebaskan manusia dari jeratan penyakik dan
beban batin yang menyengsarakan mereka. jadi terlihat sudah bahwa hidup, karya,
ajaran, kematian dan kebangkitan Yesus merupakan anugerah yang menyelamatkan
dan membebaskan manusia. Ia adalah
pembebas untuk keselamatan spiritual maupun sosial.
2.
Yesus Membebaskan orang yang Kerasukan
Dalam
hubungan dengan teologi pembebasan kita mengenal ada beberapa macam jenis
teologi pembebasan salah satu di antaranya ialah pembebasan dari kuasa dosa.
Entahlah kerasukan setan merupakan dosa atau bukan, tetapi menurut saya keadaan
ini perlu tindakan pembebasan. Kristus dalam kesaksian injil-injil Markus 5:1-20, bnd. Matius 8:28-34
& Lukas 8:26-39 menceritakan tentang Yesus Kristus mengusir roh jahat dari
seseorang yang ia jumpai di danau Geraza. Orang yang
kerasukan menghampiri Yesus dari daerah kuburan bahkan ia sendiri tinggal di
pekuburan dan bukan di dalam rumah. Kondisi orang ini sangat memprihatinkan,
roh jahat yang merasukinya menguasai sepenuhnya hidup orang tersebut. Ia
menjadi sangat berbahaya dan tidak dapat dikontrol oleh orang-orang di
sekitarnya. Markus memberikan keterangan lebih rinci tentang kondisi orang
tersebut: ia menjadi ancaman bagi dirinya sendiri dan orang lain. Masyarakat
telah mencoba untuk mengikat orang itu dengan rantai namun ia selalu mampu
melepaskan dirinya dari ikatan rantai tersebut sehingga orang-orang pun menjadi
putus asa dan membiarkannya begitu saja.
Markus menuliskan “tidak ada seorangpun
yang menjinakkannya (subdue/ damazo).” Kata damazo merupakan kata
yang biasa digunakan ketika seseorang menjinakkan seekor binatang liar. Jadi orang yang terbelunggu oleh kuasa jahat itu
telah menjadi sama dengan binatang dan diperlakukan persis seperti seekor
binatang. Ketika Yesus melihat orang yang kerasukan tersebut, Yesus telah
terlebih dahulu memerintahkan mereka untuk keluar dari tubuh orang tersebut.
Namun roh-roh jahat itu memohon kepada
Yesus untuk tidak menyiksa mereka. Meskipun demikian pada akhirnya Ia mengusir
roh jahat itu dari tubuh orang tersebut.
Yesus melakukan pengusiran setan menurut
saya bukan hanya untuk menampilkan kemahakuasaan-Nya sebagai Anak Allah tetapi
juga karena kasih-Nya kepada sesama. Yesus ingin mengembalikan orang kerasukan
itu pada dirinya yang sebenarnya sehingga orang itu tidak tertindas,
dipermalukan, dikucilkan bahkan dianggap seperti binatang buas. Tindakan ini
merupakan tindakan yang dua arah, di satu sisi Ia bertindak sebagai yang
berkuasa atas roh jahat dan di sisi lain ia adalah pembebas bagi manusia.
3.
Kisah penyembuhan yang dilakukan Petrus Kisah 3:1-10
Nats
ini mengisahkan tentang penyembuhan yang dilakukan Petrus kepada orang yang
lumpuh sejak lahirnya. Dalam ilmu hermeneutik ada berbagai bentuk metode tafsir
yang bisa digunakan untuk memahami suatu teks. Tetapi saat ini saya tidak akan
menggunakan secara rinci dan lengkap ayat pasal ini dengan menggunakan
metode-metode tersebut melainkan saya akam melihat teks ini dengan paradigma
teologi pembebasan.
Dalam
konteks hidup zaman Yesus bahkan zaman perjanjian lama, orang miskin, orang cacat,
kusta, buta, tuli, bisu dianggap menjijikan dan ditolak bahkan dikucilkan dalam
masyarakat. Mereka harus berjuang sendiri dengan keras untuk mengahadapi stigma
dan bertahan hidup. Petrus dengan iman teguh pada Yesus dan kuasa yang
diberikan Yesus, membebaskan seseorang yang lumpuh sejak lahir. Yang Petrus lakukan
merupakan sebuah pembebasan transformatif, sebab ia telah melakukan perubahan
besar dalam hidup orang lumpuh itu. Ia mentransformasi keadaan fisik dari
lumpuh menjadi bisa berjalan. Ia juga mentransformasi kehidupan sosial orang
tersebut, dari yang dipandang hina dan berdosa menjadi orang yang layak
diterima dalam masyarakat.
Kesimpulan
Setelah
membahas singkat tentang dasar teologi pembebasan dalam perjanjian baru maka
saya menyimpulkan, pembebasan selalu memiliki dua unsur yakni unsur spiritual
dan sosial. Pembebasan yakni mendamaikan antara manusia dengan Allah
(spiritual) dan mendamaikan relasi antara manusia dan manusia sehingga tidak
terjadi ketimpangan sosial. Metode yang digunakan Yesus dalam membebaskan
manusia adalah dengan mengajar. Tujuan dari ajaran Yesus adlah untuk menanamkan
nilai-nilai baru bagi manusia agar manusia dapat berbenah menjadi lebih
mengasihi seorang akan yang lain. Kondisi ini oleh saya dilihat sebagai sebuah
upaya pembebasan gagasan. Artinya, manusia zaman itu telah terkungkung dalam
gagasan atau ide atau strigma yang membatasi dirinya dengan sesama karena
faktor-faktor tertentu. Ajaran Yesus sejatinya ingin membuka kungkungan itu
agar manusia tidak terperangkap di dalamnya sehingga dapat menciptakan keseimbangan
dalam masyarakat. Di Era ini, perlu juga pembebasan gagasan. Dari gagasan
indivualistis menjadi sosialis. Dari hedonis
dan konsumtif menjadi ugahari. Dari nepotisme, korupsi dan kolusi
menjadi transparan dan jujur. Sehingga pada satu titik nanti, akan terjadi
keseimbangan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar