A.
Arti dan Makna Kerja
Kerja adalah bagian sentral di dalam kehidupan manusia. Dengan pikiran dan
tubuhnya, manusia mengorganisir pekerjaan, membuat benda-benda yang dapat
membantu pekerjaannya tersebut, dan menentukan tujuan akhir dari kerjanya.
Salah seorang filsuf Inggris yang bernama John Locke pernah berpendapat, bahwa
pekerjaan merupakan sumber untuk memperoleh hak miliki pribadi. Hegel, filsuf
Jerman, juga berpendapat bahwa pekerjaan membawa manusia menemukan dan
mengaktualisasikan dirinya. Karl Marx, murid Hegel, berpendapat bahwa pekerjaan
merupakan sarana manusia untuk menciptakan diri. Dengan bekerja orang
mendapatkan pengakuan.
Tulisan-tulisan filsuf di atas, oleh Magnis-Suseno disimpulkan dan
dirangkum bahwa ada tiga fungsi kerja,
yakni fungsi reproduksi material, integrasi sosial, dan pengembangan diri. Yang
pertama dengan bekerja, manusia bisa memenuhi kebutuhannya. Yang kedua
dengan bekerja, manusia mendapatkan status di masyarakat sehinggaa dipandang
sebagai warga yang bermanfaat. Dan yang ketiga dengan bekerja, manusia
mampu secara kreatif menciptakan dan mengembangkan dirinya.
Untuk memaksimalkan pekerjaannya maka manusia harus
memiliki etos kerja yang baik. Menurut Toto Tasmara, (2002) Etos kerja adalah
totalitas kepribadian diri serta cara manusia mengekspresikan, dan memberikan
makna pada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak optimal sehingga
pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan makhluk
lainnya dapat terjalin dengan baik. Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal
penting seperti:
ü Orientasi ke masa depan, yaitu segala
sesuatu direncanakan dengan baik, agar mencapai masa depan yang lebih baik.
ü bekerja Dengan Ikhlas. Bekerja dengan ikhlas berarti bekerja dengan penuh kerelaan. Setiap
pekerja harus menyadari bahwa pekerjaan yang dilaksanakannya adalah karena
kemauannya sendiri, bukan paksaan.
ü Bekerja dengan
Tekun dan Bertanggungjawab serta selalu mengandalkan
Tuhan dalam segala hal. Dengan
ketekunan, serumit apapun jenis pekerjaannya, pasti akan terselesaikan dengan
baik. Bertanggungjawab atas hasil kerja, tindakan dan keputusan yang dibuat. Serta kita harus
mengandalkan Tuhan didalam setiap pekerjaan yang kita kerjakan serta pilihan
yang akan kita ambil.
ü Bekerja dengan
Semangat dan Disiplin. Bersemangat berarti bersedia menerima nasihat atau teguran. Disiplin berarti tertib dalam tindakan, patuh dan taat
kepada peraturan dan undang-undang, dengan disiplin akan menjamin produktivitas
kerja
ü Bekerja dengan
Kejujuran dan Dapat Dipercaya, memenuhi janji
dan secara tetap memenuhi patokan kejujuran, ketulusan hati atas segala
tindakan dan pernyataan kita.
ü Bekerja dengan
Berpasangan. Kita bekerja tentu saja
tidak bisa sendiri, pasti memerlukan orang lain, maka itu kita bekerja wajib
saling bantu, saling berdiskusi untuk menambah wawasan kita.
B.
Mengapa
Manusia Bekerja ?
-
Mencari Nafkah
Tujuan, landasan, dan motivasi kerja yang paling umum dan paling rendah
dari hidup manusia adalah mencari nafkah. Memang mencari nafkah bukanlah hal
yang sepenuhnya salah, karena itu adalah tugas dan naluri hidup manusia untuk
mempertahankan kehidupannya. Namun, ini bukanlah motivasi utama dan bahkan
bukan sebuah definisi kerja yang benar dan baik. Jika kita mendefinisikan
bekerja berarti mencari nafkah atau mencari uang, maka kita harus menyetujui
kerja para perampok atau para PSK. Mereka bekerja keras, berkeringat, penuh
persiapan, pemikiran, kerjasama, dan keterampilan yang sangat luar biasa demi
untuk mendapatkan nafkah mereka. Tetapi manusia normal tentu tidak akan
memasukkan perampokan atau treacfiking sebagai salah satu bidang kerja. Maka,
bekerja harus lebih dari sekedar mencari uang atau mencari nafkah. Bahkan
bekerja dengan cara korupsi, penindasan atau pemerasan, penipuan dan
sejenisnya, sekalipun akan memberikan nafkah yang besar bagi keluarga, tetap
tidak bisa disebut sebagai kerja. Maka kerja dalam pandangan iman kristen idealnya bukan semata mencari nafkah.
-
Kerja
Adalah Pertanggungjawaban Iman Manusia
Kepada Allah.
Beberapa
kesaksian Alkitabsecara eksplisit menegaskan tentang kerja. Berikut ini adalah
penjelasannya:
a.
Kejadian
2:15.
Dalam
Nats ini tergambar apa yang disebut dengan hakekat manusia sebagai makluk
kerja. “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” kata
“Mengusahakan” dalam nats ini mengandung makna pelayanan yang
sesungguhnya. Kata mengusahakan berasal
dari kata Aboda yang berarti
ibadah. Kata Aboda ini setara dengan kata diakonia dan liturgia dalam
perjanjian baru. Kata Kerja dari aboda
adalah abad, dan orang yang melakukan
aboda tersebut disebut ebed (orang yang mengusahakan). Ebed setara dengan liturgos.
Ketika
Allah menciptakan manusia tujuan utama Allah adalah menjadikan menusia sebagai
rekan sekerjanya. Itu berarti sejak semula panggilan dan pengutusan manusia di
dunia adalah untuk bekerja. Manusia mengambil tempat sebagai ebed atau pelayan. Ebed (Pelayan) melakukan tindakan mengusahakan bukanlah untuk
dirinya sendiri melainkan mengusahakan apa yang diperintahkan Allah. Pelayanan
dan pekerjaan yang dilakukan semata-mata sebagai bentuk pertanggungjawaban iman
kepada Allah yang mengutusnya. Kerja adalah ibadah. Hal ini berarti ketika kita
mengusahakan apa yang Allah perintahkan berdasarkan kehendaknya disertai dengan
rasa tanggung jawab itulah makna ibadah yang sejati. Jadi, Aboda berarti pengabdian untuk
mengusahakan apa yang diperintahkan Allah bukan untuk dirinya sendiri tetapi
untuk dunia dan alam semesta di mana ia
ada sebagai bagian dari pengabdian kepada Allah. Bertolak dari pengertian
tentang aboda tadi maka dapat dikatakan bahwa kerja adalah tindakan melayani
baik kepada sesama manusia serta alam
ciptaan yang dilakukan dengan dasar kasih dan
bertujuan untuk mengabdi kepada Allah.
b.
Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami
memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah
ia makan.
II Tes. 3:10.
Paulus menyatakan perintah yang sudah
umum didengar. Ungkapan ini sudah merupakan kebijaksanaan kuno. Misalnya,
tampak dalam Kej 3:9, “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu”. Ungkapan
yang senada dengan ini adalah, “barangsiapa yang tidak bekerja, tidak akan
makan apa pun”. Paulus ingin mengatakan bahwa, inilah pandangan orang kristiani
tentang kerja. Ungkapan ini menekankan kehendak, “jika seseorang menolak
bekerja” dan selanjutnya buah dari penolakan itu, “ia tidak akan makan apa
pun”. Paulus hendak menjelaskan bahwa orang Kristen janganlah menjadi seorang
yang pemalas. Kewajiban seorang Kristen adalah menjadi pekerja. Sebagai
hamba-hamba Allah manusia terkususnya orag Kristen harus bekerja dengan rajin
dan tekun. Pada ayat sebelumnya, ayat 6 Perintah Paulus ditujukan kepada
saudara-saudara supaya menjauhkan diri dari orang yang tidak bekerja dan
menuruti ajaran yang disampaikan. Pada saat itu, jemaat berpikir bahwa parusia
atau hari Tuhan akan segera tiba jadi pekerjaan tidaklah penting. Paulus membantah
hal itu dan mencoba mendudukan pemahaman yang benar yakni, barang siapa yang
ingin menyambut Tuhan tidaklah dengan cara berpangku tangan melainkan dengan
bekerja. Jadi sebenarnya dalam ayat ini Paulus menegur umat dengan menggunakan
otoritasnya sebagai Rasul Tuhan, yang berhak dan wajib menasihati mereka atas
nama kepala jemaat.
c.
Amsal
6:6-8
Amsal 6:6-8 menjelaskan kepada kita akan sifat dari
semut yang dapat dijadikan teladan dalam bekerja, yaitu; 1. Tekun , raji dan
konsisten (6: 6).Tekun adalah tidak lekas putus asa, tidak akan berhenti
bekerja sebelum yang dicita-citakan tercapai. Sifat tekun juga mengandung makna
kesungguhan, kekerasan tekad, tidak mudah putus asa, tidak berhenti sebelum
tujuannya tercapai, selain itu ada harmonisasi
saat mengerjakan ketekunan itu.
Semut dapat mencukupi kebutuhan makanannya karena
mereka konsisten mengumpulkan makanan. Hari cerah, semut bekerja; hari hujan,
semut juga tetap bekerja. Semut konsisten dalam bertindak, cuaca tidak
mengubahnya untuk tekun melayani komunitasnya. Ia konsisten dalam menata
kebutuhannya ke depan. Kata pergilah dalam bahasa Ibrani menggunakan kata
" yalak {yaw-lak'} yang artinya to
go, walk, come (Qal) go away yaitu pergi lakukan. Dalam
bentuk imperative active masculine yang berarti satu kata perintah yang harus
dilakukan atau yang membutuhkan tindakan (action).
Kata perhatikanlah dalam bahasa Ibrani menggunakan kata ha'r' (raah) yang artinya to
see (Qal ) yaitu pergi untuk melihat dan dalam bentuk imperative active
masculine yang berarti satu tindakan yang bukan hanya diperhatikan melainkan
dilihat sungguh-sungguh akan tindakan atau sikap dari seekor semut tersebut.
Manusia patut belajar dari semut. Dalam hubungan
dengan ethos kerja, manusia harus tekun dan konsisten serta berpikir jangka
panjang. Hidup bukan untuk hari ini saja melainkan hidup untuk masa depan.
Rancangan dan persiapan kita hari ini akan sangat membantu kita untuk mencapai
masa depan yang lebih baik.
- Manusia Harus Bekerja Karena Allah
Turut Bekerja
Kerja
adalah bagian yang hakiki dan luhur dari kemanusiaan kita, karena, pertama:
Allah adalah Allah yang bekerja. Allah yang bersukacita melihat hasil karyaNya
(Kej.1:31). Ia terus bekerja hingga hari ini (Yoh.15:17). Karena manusia
diciptakan segambar dengan Allah yang bekerja, maka kita harus juga bekerja.
Kedua, sejak awal diciptakan, manusia diperintahkan untuk bekerja, dalam rangka
menunaikan mandat Ilahi yang luhur untuk mengelola bumi ciptaan Allah dan
segala isinya.
Secara
Alkitabiah, bekerja pertama-tama adalah respon ketaatan kepada Allah, untuk
menunaikan panggilanNya mengelola dunia ciptaanNya demi kemuliaanNya, sesuai
peran yang Ia percayakan kepada kita masing-masing. Selanjutnya, bekerja adalah
untuk berkarya, menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama, dalam bentuk
barang maupun jasa.
Mengapa
kerja penting bagi orang Kristen adalah karena terus bekerja. Allah yang aktif.
Allah yang bertindak. Allah sekalipun pemilik segala sesuatu, tetap bekerja.
Bekerja adalah bagian hakikat dari-Nya. Allah adalah Pekerja yang sesungguhnya.
Juga karena bekerja adalah hakikat Allah, maka bekerja juga merupakan hakikat
manusia itu sendiri. Bekerja adalah tugas manusia di dunia.
Kesimpulan.
Jadi “ethos kerja” bisa diartikan sebagai suasana
khas (budaya) bekerja dalam suatu kelompok yang dilandasi pada suatu system
nilai yang fungsional. Dalam hal ini menyangkut moral yang baik (sikap dan
sifat) yang telah membudaya di dalam menjalankan kerja. Dengan demikian ethos kerja akan menjadi
perilaku positif yang telah membudaya dalam suatu komunitas atau institusi yang
menggerakkan atau memberi spirit kepada mereka dalam menjalankan kerja.
Sebagai kesimpulannya, Jansen H. Sinamo menyatakan bahwa etos kerja meliputi
beberapa hal yaitu:
1. Kerja adalah rahmat, bekerja tulus penuh syukur.
2. Kerja adalah amanah, bekerja benar penuh tnggung jawab.
3. Kerja adalah panggilan, bekerja tuntas penuh integritas
4. Kerja adalah aktualisasi, bekerja keras penuh semangat
5. Kerja adalah ibadah, bekerja serius penuh kecintaan
6. Kerja adalah seni, bekerja cerdas penuh kreativitas
7. Kerja adalah kehormatan, bekerja tekun penuh keunggulan
8. Kerja adalah pelayanan, bekerja paripurna penuh kerendahan hati.