MITOS dan MAKNA PENCIPTAAN DARI SUKU
ALIF’URU.
Sampai saat ini
cerita-cerita rakyat tentang asal mula manusia dari suku Alif’uru tidak begitu
diperbincangkan. Berkembangnya Ilmu pengetahuan dan Teknologi turut
mendegradasi nilai-nilai dari cerita sejarah dan secara perlahan lahan cerita
cerita tersebut mulai jarang didengar. Cerita penciptaan yang penulis angkat dalam
makalah ini dikutip dari tulisannya Dr. Harun Hadiwijoyo dalam bukunya Religi
Suku Murba.
Mitos
Penciptaan. Di Seram Tengah ada suatu cerita bahwa
semula Alahatala menyungkuri pohun/tapele dalam persetubuhan. Pada
waktu itu keadaan masih gelap gulita dari persetubuhan ini bumi melahikan
anak-anaknya yaitu pasangan manusia yang pertama. Tomoa dab binawalu. Kedua anak ini mendapat tempat di antara bapak
dan ibunya (terjepit). Mereka mendorong orang tuanya sehingga keduanya
berpisah. Hal ini menyebabkan adanya suatu gempa bumi yang menjadikan langit
menjauhkan diri dari bumi. Bersamaan dengan itu, lahir juga sepasang saudara
yang lain, yaitu matahari dan bulan. Oleh karena itu, kegelapan diganti dengan
terang. Dari perkawinan kedua saudara yang terakhir ini lahir seorang anak
laki-laki, bintang suhara (bintang sore) dan seorang anak perempuan bintang
kejora (bintang pagi). Semula langit dan bumi masih kecil tetapi karena terjadi
gempa bumi tadi maka keduanya menjadi besar. Alahatala melengkung seperti
sebuah kuba menaungi bumi dengan kakinya di sebelah timur dan tangannya di
sebelah barat menyentuh bumi sedangkan bumi hatuolo adalah buah kelamin bumi
dari mana pasangan manusia yang pertama lahir.
Di
seram barat ada satu cerita tentang perkawinan antara matahari dan bulan. Di
ceritakan bahwa matahari senantiasa-mengejar-ngejar bulan yang menyebabkan bulan semakin ama semakin
kecil. Sebenarnya keduanya tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu bulan
akhirnya kembali mencari matahari dengan akibat semakin lama sang bulan semakin
besar. Akhirnya keduanya bertemu dalam bulan purnama saat mereka mengadakan persetubuhan.
Dalam cerita yang lain
lagi dikisahkan bahwa Matahari mencuri gadis yang bernama Rabie untuk dijadikan
Isterinya. Rabie kemudian menjadi bulan dan dari perkawinan tersebut lahirlah
manusia.
Dari
beberapa cerita rakyat di atas tergambar sudah bahwa manusia telah menyadari
eksistensi dirinya dan alam semesta. Cerita-cerita rakyat merupakan refleksi
dari manusia untuk mengungkapkan hakekat dari kehidupan baik bagi manusia
maupun bagi alam semesta. Dengan cara “Kuno”
para leluhur berusaha meletakan
dasar teologis, sejarah dan budaya dalam
suatu komunitas dengan merumuskan cerita-cerita tentang yang asali. Tulisan ini
tidak bermaksud untuk mengkaji dengan menggunakan
pendekatan sains yang menekankan benar atau tidak sebuah mitos. Namun,
penekanan penulis lebih pada cara berpikir manusia saat itu untuk menemukan
dirinya yang sesungguhnya dalam hubungan dengan yang maha kuasa dan lingkungan
alam. Jika dipandang dari segi “teologis”, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat kuno
melihat Yang Kuasa sebagai Sosok yang berasal dari Alam dan Yang Kuasa tersebut
kemudian membentuk Alam itu sendiri. Jadi baik Manusia, Alam semesta dan Yang
Kuasa memiliki hubungan yang saling menyatu satu dengan yang lain. Itu
Cerita-cerita
tersebut kemudian memunculkan rasa Hormat akan Yang Kuasa dan kesadaran dari
manusia untuk saling menghormati dan menjaga seluruh alam semesta sebagai
bagian yang utuh dari dirinya. Manusia dijadikan dari alam dalam proses secara
alamiah dan dilakukan oleh alam itu sendiri. Singkatnya manusia berasal dari
alam, oleh alam dan untuk alam itu sendiri. Cara pandang ini merupakan refleksi
dari manusia tempo dulu dalam memahami posisinya dengan alam lingkungan dimana ia
tinggal. Dalam perspektif masyarakat tempo dulu manusia dan alam memiliki korelasi yang kuat sehingga keduanya
harus hidup secara seimbang. Manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa alam dan
alam harus menjadi pelindung dan pijakan yang tangguh bagi manusia karena alam
adalah orang tua atau leluhur dari manusia. Menghargai alam juga berarti sama
dengan menghargai yang kuasa. Karena yang kuasa menyatu dengan Alam oleh karena
itu muncullah cara pandang tentang makhluk adikodrati yang juga bersemayam di
dalam alam semesta. Keselamatan alam merupakan keselamatan bagi manusia dan
rusaknya alam juga akan berakibat bagi rusaknya tatanan hidup manusia. Sekali
lagi karena alam merupakan kesatuan dari manusia dan alam juga merupakan
representasi dari yang kuasa oleh karena penting untuk menjaga keseimbangan
alam semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar