Kamis, 01 Juni 2017

CERITA PENCIPTAAN DAN MAKNANYA BAGI SUKU ALIFURU



MITOS dan MAKNA PENCIPTAAN DARI SUKU ALIF’URU.

Sampai saat ini cerita-cerita rakyat tentang asal mula manusia dari suku Alif’uru tidak begitu diperbincangkan. Berkembangnya Ilmu pengetahuan dan Teknologi turut mendegradasi nilai-nilai dari cerita sejarah dan secara perlahan lahan cerita cerita tersebut mulai jarang didengar.  Cerita penciptaan yang penulis angkat dalam makalah ini dikutip dari tulisannya Dr. Harun Hadiwijoyo dalam bukunya Religi Suku Murba. 
Mitos Penciptaan. Di Seram Tengah ada suatu cerita bahwa semula Alahatala menyungkuri pohun/tapele dalam persetubuhan. Pada waktu itu keadaan masih gelap gulita dari persetubuhan ini bumi melahikan anak-anaknya yaitu pasangan manusia yang pertama. Tomoa dab binawalu. Kedua anak ini mendapat tempat di antara bapak dan ibunya (terjepit). Mereka mendorong orang tuanya sehingga keduanya berpisah. Hal ini menyebabkan adanya suatu gempa bumi yang menjadikan langit menjauhkan diri dari bumi. Bersamaan dengan itu, lahir juga sepasang saudara yang lain, yaitu matahari dan bulan. Oleh karena itu, kegelapan diganti dengan terang. Dari perkawinan kedua saudara yang terakhir ini lahir seorang anak laki-laki, bintang suhara (bintang sore) dan seorang anak perempuan bintang kejora (bintang pagi). Semula langit dan bumi masih kecil tetapi karena terjadi gempa bumi tadi maka keduanya menjadi besar. Alahatala melengkung seperti sebuah kuba menaungi bumi dengan kakinya di sebelah timur dan tangannya di sebelah barat menyentuh bumi sedangkan bumi hatuolo adalah buah kelamin bumi dari mana pasangan manusia yang pertama lahir.
Di seram barat ada satu cerita tentang perkawinan antara matahari dan bulan. Di ceritakan bahwa matahari senantiasa-mengejar-ngejar bulan  yang menyebabkan bulan semakin ama semakin kecil. Sebenarnya keduanya tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu bulan akhirnya kembali mencari matahari dengan akibat semakin lama sang bulan semakin besar. Akhirnya keduanya bertemu dalam bulan purnama  saat mereka mengadakan persetubuhan.
Dalam cerita yang lain lagi dikisahkan bahwa Matahari mencuri gadis yang bernama Rabie untuk dijadikan Isterinya. Rabie kemudian menjadi bulan dan dari perkawinan tersebut lahirlah manusia.
Dari beberapa cerita rakyat di atas tergambar sudah bahwa manusia telah menyadari eksistensi dirinya dan alam semesta. Cerita-cerita rakyat merupakan refleksi dari manusia untuk mengungkapkan hakekat dari kehidupan baik bagi manusia maupun bagi alam semesta. Dengan cara “Kuno”  para leluhur berusaha  meletakan dasar teologis, sejarah  dan budaya dalam suatu komunitas dengan merumuskan cerita-cerita tentang yang asali. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengkaji  dengan menggunakan pendekatan sains yang menekankan benar atau tidak sebuah mitos. Namun, penekanan penulis lebih pada cara berpikir manusia saat itu untuk menemukan dirinya yang sesungguhnya dalam hubungan dengan yang maha kuasa dan lingkungan alam. Jika dipandang dari segi “teologis”,  maka dapat dikatakan bahwa masyarakat kuno melihat Yang Kuasa sebagai Sosok yang berasal dari Alam dan Yang Kuasa tersebut kemudian membentuk Alam itu sendiri. Jadi baik Manusia, Alam semesta dan Yang Kuasa memiliki hubungan yang saling menyatu satu dengan yang lain. Itu
Cerita-cerita tersebut kemudian memunculkan rasa Hormat akan Yang Kuasa dan kesadaran dari manusia untuk saling menghormati dan menjaga seluruh alam semesta sebagai bagian yang utuh dari dirinya. Manusia dijadikan dari alam dalam proses secara alamiah dan dilakukan oleh alam itu sendiri. Singkatnya manusia berasal dari alam, oleh alam dan untuk alam itu sendiri. Cara pandang ini merupakan refleksi dari manusia tempo dulu dalam memahami posisinya dengan alam lingkungan dimana ia tinggal. Dalam perspektif masyarakat tempo dulu manusia dan alam  memiliki korelasi yang kuat sehingga keduanya harus hidup secara seimbang. Manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa alam dan alam harus menjadi pelindung dan pijakan yang tangguh bagi manusia karena alam adalah orang tua atau leluhur dari manusia. Menghargai alam juga berarti sama dengan menghargai yang kuasa. Karena yang kuasa menyatu dengan Alam oleh karena itu muncullah cara pandang tentang makhluk adikodrati yang juga bersemayam di dalam alam semesta. Keselamatan alam merupakan keselamatan bagi manusia dan rusaknya alam juga akan berakibat bagi rusaknya tatanan hidup manusia. Sekali lagi karena alam merupakan kesatuan dari manusia dan alam juga merupakan representasi dari yang kuasa oleh karena penting untuk menjaga keseimbangan alam semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar